Akhwat itu Lapang Hatinya Akhwat itu Penyayang Akhwat itu Tegar

Jumat, 18 Januari 2013

Akhwat MODIS dan Ikhwan GENIT



“Coba lihat akhwat itu. Ampun deh. Jubahnya loreng-loreng, eh jilbabnya motif bunga sebesar gajah. Apa gak takut masuk rumsh sakit ? Kan motifnya nabrak-nabrak parah banget gitu..”
“Peduli apa dengan penampilan. Mau blus merah, rok hijau, jilbab biru dicampur jadi atu juga nggak masalah. Yang penting kan tetap akhwat aktivis, gitu loh...”
Eit...eit...Sstt.. kiita bicarakan dulu dengan tenang ya...
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan Islam dalam hidup kita. Dengannya, kita selalu dituntun, dalam terang apalagi kegelapan. Tentang apa saja, masalah kenegaraan, masalah toilet, masalah pesawat tempur, bahkan tentang es campur. Dan pakaian, juga tak luput dari perhatian Allah.
Buat apa sih sudah zaman gini, masih saja ngatur-ngatur tentang masalah pakaian ? Masih ada anak-anak putus sekolah, busung lapar, kemiskinan dan banyak lagi yang perlu diurusi.
Subhanallah, saya bangga bila ada saudara berkata seperti itu yang melambangkan perhatiannya pada keadaan umat. Itu adalah modal besar untuk kemajuan bangsa. Tapi sungguh, saudariku, masalah pakaian bukan masalah selembar kain di badan atau selembar kerudung di kepala ini saja. Ia hakikatnya, juga mengusung jauh lebih banyak dari yang terlihat. Ada gambaran pendidikan, ekonomi, politik budaya, sosial, akhlak, dan terlebih keimanan, yang terlalu terbatas kolom ini untuk mengupas semuanya.
Aya ingin mengatakan betapa bahagianya menjadi muslimah. Di saat penjajahan mode datang dari segala penjuruyang menyebabkan bisnis-bisnis fashion tidak kekurangan pembeli. Saat banyak hati-hati gelisah karena belum belii model T-shirt terbaru, saat banyak orang-orang yang sedih karena dirinya hanya dinilai dari pakaiannya, saat banyak yang kehabisan waktu memikirkan gaya apa yang mesti dia ikuti, muslimah dengan keislamannya terlihat berbeda.
“...hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu adalah agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”(Al-Ahzab [33]:59)
Ada kerelaan yang begitu indah untuk menaati seruan Rabbnya. Buksn untuk siapa-siapa, bukan untuk terlihat lebih baikk dari orang lain, bukan untuk berubah jadi malaikat dalam sekejap, bukan untuk menjaga kesehatan walau banyk manfaat kesehatan telah dibuktikan dengannya. Namun semata hanya karena Allah menyuruhnya. Sungguh indah pakaian berbalut keindahan itu. Ia tak hanya akan menyejukkan di mata manusia namun terpenting, juga berharga di mata-Nya.
Sehingga seleranya bukan lagi apa yang disukainya, melainkan diganti nilai kesyar’ian Islam. Terlebih bagi aktivis yang jam terbangnya selalu tinggi, gaya berpakaian seringkali menjadi nomor kesekianyang diperhatikannya. Baginya apa pentingnya memikirkan hal-hal kecil seperti itu. Kalau sudah menutup tubuh kecuali muka dan telapak tangan, kerudung lebar menutup dada, pakaian longgar, tidak tabarruj, apalagi yang mesti diperhatikan?
Namun, pada kenyataannya ada akhwat yang memang terbiasa modis. Setelah bersentuhan dengan nilai-nilai Islam, kecenderungan itu tidak lekang dari dirinya. Dia tetap ingin berpenampilan rapi dan manis walau sekarang seluruh tubuhnya tertutup rapat. Dia tidak lagi memandang apa yang dipakai seseorang adalah terpenting, namun tetap saja ada kegemasan melihat saudarinya yang sangat cuek dengan penampilan. “Duh Ukhtiku sayang, masa gamis warna orange digabung dengan kaos kaki hitam, ada benang yang keluar-keluar pula.” Ia melirih pelan.

Kemudiaan, biarlah Abdullah bin Mas’ud menceritakan kembali Hadist riwayat Muslim ini:
Rasul bersabda, “tak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong walau sebesar biji sawi.” Lalu Sahabat bertanya, “Bagaimana jika ada oarang yang suka memakai baju bagus?” Rasul menjawab, “Allah Maha Indah dan suka keindahan, sedangkan sombong adalah berpaing dari kebenaran dan mencemooh manusia lain.”
Allah menyukai keindahan, dan pakaian adalah salah satu bentuk keindahan. Menurut saya, keindahan sama sekali tidak identik dengan kemahalan. Akhwat modis tidak identik dengan biaya atau buang-buang uang. Dengan pakaian yang sederhana, asal cerdas dalam memilah-milahnya juga bisa dikategorikan dengan modis. Misalnya tidak memakai rok panjang warna biru, blus warna hijau dan kerudung merah sekaligus. Atau menghindari kerudung motif bunga anggrek besar-besar dengan gamis yang bermotif bunga juga. Dan bila dengan pasangan pas, tidak masalah kok bila ingin memakai kerudung lebar warna pelangi. Tapi jangan bingung kalau banyak yang berhenti depan kamu, karena orang mengira ada lampu lalu lintas sedang jalan-jalan. Hehe....
Untuk akhwat yang tidak meraa comfort dengan warna-warni atau lebih merassa yaman dengan warna-warna gelap dan kerudung yang super lebar, sunguh itu adalah sebuah pilihan yang mulia. Semoga Allah merahmatimu, saudaraku. Sedangkan bagi yang begitu ingin berbicara dengan bahasa masyarakat, begitu ingin supaya dakwah ini lebih cepat membumi dan begitu hati-hati supaya ssemangat phobi Islam itu tidak terpelihara, maka pakaian yang tidak terkesan ‘menyeramkan’ juga merupakan salah satu pilihan yang baik.
Overall, semua harus kembali pad aniat,. Hati-hati, kitalah yang tahu desir apa di balik detak jantung ini. Janganlah pernah lelah untuk meluruskan yang bengkok untuk kembali lurus menghadap wajah Allah. Hanya untuk Allah kita melakukan setiap hal. Allah tidak menginginkan seorang muslimah menjadi tontonan berjalan dan cantik karena riasan. Namun, Allah ingin memberi cahaya penjagaan diri dengan pakaian ini dan semoga orang lain pun bisa merasakan kehangatan indahnya.

Tidak ada komentar: