“Coba lihat akhwat itu. Ampun deh. Jubahnya loreng-loreng, eh jilbabnya
motif bunga sebesar gajah. Apa gak takut masuk rumsh sakit ? Kan
motifnya nabrak-nabrak parah banget gitu..”
“Peduli apa dengan penampilan. Mau blus merah, rok hijau, jilbab biru
dicampur jadi atu juga nggak masalah. Yang penting kan tetap akhwat
aktivis, gitu loh...”
Eit...eit...Sstt.. kiita bicarakan dulu dengan tenang ya...
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan Islam dalam hidup
kita. Dengannya, kita selalu dituntun, dalam terang apalagi kegelapan.
Tentang apa saja, masalah kenegaraan, masalah toilet, masalah pesawat
tempur, bahkan tentang es campur. Dan pakaian, juga tak luput dari
perhatian Allah.
Buat apa sih sudah zaman gini, masih saja ngatur-ngatur tentang masalah
pakaian ? Masih ada anak-anak putus sekolah, busung lapar, kemiskinan
dan banyak lagi yang perlu diurusi.
Subhanallah, saya bangga bila ada saudara berkata seperti itu yang
melambangkan perhatiannya pada keadaan umat. Itu adalah modal besar
untuk kemajuan bangsa. Tapi sungguh, saudariku, masalah pakaian bukan
masalah selembar kain di badan atau selembar kerudung di kepala ini
saja. Ia hakikatnya, juga mengusung jauh lebih banyak dari yang
terlihat. Ada gambaran pendidikan, ekonomi, politik budaya, sosial,
akhlak, dan terlebih keimanan, yang terlalu terbatas kolom ini untuk
mengupas semuanya.
Aya ingin mengatakan betapa bahagianya menjadi muslimah. Di saat
penjajahan mode datang dari segala penjuruyang menyebabkan bisnis-bisnis
fashion tidak kekurangan pembeli. Saat banyak hati-hati gelisah karena
belum belii model T-shirt terbaru, saat banyak orang-orang yang sedih
karena dirinya hanya dinilai dari pakaiannya, saat banyak yang kehabisan
waktu memikirkan gaya apa yang mesti dia ikuti, muslimah dengan
keislamannya terlihat berbeda.
“...hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang
demikian itu adalah agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga
mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”(Al-Ahzab [33]:59)
Ada kerelaan yang begitu indah untuk menaati seruan Rabbnya. Buksn untuk
siapa-siapa, bukan untuk terlihat lebih baikk dari orang lain, bukan
untuk berubah jadi malaikat dalam sekejap, bukan untuk menjaga kesehatan
walau banyk manfaat kesehatan telah dibuktikan dengannya. Namun semata
hanya karena Allah menyuruhnya. Sungguh indah pakaian berbalut keindahan
itu. Ia tak hanya akan menyejukkan di mata manusia namun terpenting,
juga berharga di mata-Nya.
Sehingga seleranya bukan lagi apa yang disukainya, melainkan diganti
nilai kesyar’ian Islam. Terlebih bagi aktivis yang jam terbangnya selalu
tinggi, gaya berpakaian seringkali menjadi nomor kesekianyang
diperhatikannya. Baginya apa pentingnya memikirkan hal-hal kecil seperti
itu. Kalau sudah menutup tubuh kecuali muka dan telapak tangan,
kerudung lebar menutup dada, pakaian longgar, tidak tabarruj, apalagi
yang mesti diperhatikan?
Namun, pada kenyataannya ada akhwat yang memang terbiasa modis. Setelah
bersentuhan dengan nilai-nilai Islam, kecenderungan itu tidak lekang
dari dirinya. Dia tetap ingin berpenampilan rapi dan manis walau
sekarang seluruh tubuhnya tertutup rapat. Dia tidak lagi memandang apa
yang dipakai seseorang adalah terpenting, namun tetap saja ada kegemasan
melihat saudarinya yang sangat cuek dengan penampilan.
“Duh Ukhtiku sayang, masa gamis warna orange digabung dengan kaos kaki hitam, ada benang yang keluar-keluar pula.” Ia melirih pelan.
Kemudiaan, biarlah Abdullah bin Mas’ud menceritakan kembali Hadist riwayat Muslim ini:
Rasul bersabda,
“tak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong walau sebesar biji sawi.” Lalu Sahabat bertanya,
“Bagaimana jika ada oarang yang suka memakai baju bagus?” Rasul menjawab,
“Allah Maha Indah dan suka keindahan, sedangkan sombong adalah berpaing dari kebenaran dan mencemooh manusia lain.”
Allah menyukai keindahan, dan pakaian adalah salah satu bentuk
keindahan. Menurut saya, keindahan sama sekali tidak identik dengan
kemahalan. Akhwat modis tidak identik dengan biaya atau buang-buang
uang. Dengan pakaian yang sederhana, asal cerdas dalam memilah-milahnya
juga bisa dikategorikan dengan modis. Misalnya tidak memakai rok panjang
warna biru, blus warna hijau dan kerudung merah sekaligus. Atau
menghindari kerudung motif bunga anggrek besar-besar dengan gamis yang
bermotif bunga juga. Dan bila dengan pasangan pas, tidak masalah kok
bila ingin memakai kerudung lebar warna pelangi. Tapi jangan bingung
kalau banyak yang berhenti depan kamu, karena orang mengira ada lampu
lalu lintas sedang jalan-jalan. Hehe....
Untuk akhwat yang tidak meraa
comfort dengan warna-warni atau
lebih merassa yaman dengan warna-warna gelap dan kerudung yang super
lebar, sunguh itu adalah sebuah pilihan yang mulia. Semoga Allah
merahmatimu, saudaraku. Sedangkan bagi yang begitu ingin berbicara
dengan bahasa masyarakat, begitu ingin supaya dakwah ini lebih cepat
membumi dan begitu hati-hati supaya ssemangat phobi Islam itu tidak
terpelihara, maka pakaian yang tidak terkesan ‘menyeramkan’ juga
merupakan salah satu pilihan yang baik.
Overall, semua harus kembali pad aniat,. Hati-hati, kitalah yang
tahu desir apa di balik detak jantung ini. Janganlah pernah lelah untuk
meluruskan yang bengkok untuk kembali lurus menghadap wajah Allah. Hanya
untuk Allah kita melakukan setiap hal. Allah tidak menginginkan seorang
muslimah menjadi tontonan berjalan dan cantik karena riasan. Namun,
Allah ingin memberi cahaya penjagaan diri dengan pakaian ini dan semoga
orang lain pun bisa merasakan kehangatan indahnya.